ada berita dari negeri berantah, fragmen yg baru akan dimulai dan kita ditawari untuk memainkannya, akankah diambil? sedang kita sedang membintangi antagonis... ambil, jangan, ambil jangan? kata abah haruslah berkaca dengan hati, siapkah menuju perubahan dalam senyum? atau terpaksa saja?
tak salah juga mencoba peran baru, peran kemarin membuat kita terjebak dalam retorika kepentingan diri, pemuasan demi syahwat lahir yang semu, (belum tentu tanpa fikir)....
angin biasanya tak membawa kabar bohong, apalagi datang dari negeri jauh dalam bisikan kata kalbu... cerita hakiki tentang insan utuh.. bahasa Tuhan dalam palung yang hanya gema samar, tak jelas terdengar bagi yang punya naluri hewan (untung aku bukan keledai)
kembali lagi, haruskah dibiarkan peran yang akan membawa kita dalam nominasi surga akhirat? karena kita sudah dapat piala dalam peran dunia... piala hitam dalam lumpur pekat...
negeri berantah dengan wangi hutan, percikan air bambu, batu gunung datar, udara segar, aku aman berbugil ria (tanpa takut diperkosa kepentingan globe).... jauh sekali dalam gelinjang sentuhan tangan nakal, bisikan mashyuk.... onani kotor akibat revolusi tekhnologi..
bukan maksud munafik dalam peran terdahulu... aku cuma ingin berganti peran, tanpa meninggalkan jati diri, aku cuma manusia biasa tanpa kesempurnaan... aku tanda tangani skenario ini... tanpa koma...
negeri berantah... beri saja pahala untuk bayarannya.. CUKUP!!!
No comments:
Post a Comment